cari dan telusuri yang ingin anda cari disini

Custom Search

Senin, 02 November 2009

ikan Betutu

------------- IKAN BETUTU -------------------

NAMA SEBUTAN:
Ikan betutu nama latinnya adalah Oxyeleotris Marmorata, nama lainnya di pelbagai daerah di Indonesia adalah bakut, bakutut, belosoh , boso, boboso, bodobodo, ikan bodoh, ikan boogolo, gabus bodoh, ketutu, ketutuk, ikan malas, ikan hantu dan lain-lain.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Sub ordo : Gobiodea
Famili: Eleotridae
Genus: Oxyeleotris
Spesies: Oxyeleotris marmorata

Dalam bahasa Inggris disebut marble goby atau marble sleeper, merujuk pada pola-pola warna di tubuhnya yang serupa batu pualam kemerahan dan kebiasaannya yang juga seolah-olah senang tidur.

SEKILAS TENTANG IKAN BETUTU :
Ikan jenis ini saat ini pasarannya masih terbilang mahal dibanding ikan konsumsi lainnya, namun belum ada yang sangat serius mengelola pembenihannya, akibatnya perkembangbiakannya sangat menghawatirkan, sehingga populasi dari tahun ke tahun semakin menurun.
Kondisi ini perlu segera dicari solusinya agar ikan betutu bisa ditingkatkan jumlahnya, apalagi dengan harganya yang tinggi ini, maka banyak orang yang lebih suka memburunya, akibat diburu inilah semakin mempercepat kemusnahannya.
Pasokannya sampai saat ini masih kurang karena mengandalkan tangkapan dari alam sehingga dikhawatirkan sudah terjadi over fishing atau melebihi tingkat produksi alam yang normal. Bila ikan betutu terus ditangkapi akibat permintaan dan harga jual yang tinggi, lama kelamaan populasinya akan menjadi langka. Budidaya mencakup kegiatan produksi benih dan pembesaran ikan betutu merupakan suatu alternatif rasional yang harus ditempuh agar ikan ini tidak cepat musnah.

HABITAT :
Tak sulit untuk mengetahui habitat atau tempat hidup ikan betutu. Karena betutu bukan ikan, pendatang, tapi ikan asli Indonesia terutama di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Ikan ini banyak ditemukan di perairan yang tenang, seperti danau, rawa, waduk, dan perairan tenang lainnya.
Habitatnya meliputi air tawar dan payau, sungai-sungai yang tidak jauh dari muara atau pantai, kolam berarus tenang dan berlumpur, rawa serta danau dengan dasar berlumpur, ia senang terbenam didasar yang bercelah atau berlobang horizontal dan termasuk ikan labirin karena mampu hidup diperairan yang keruh dengan bantuan lembar-lembar labirin pada lapis insangnya.
Hidup bukan di daerah yang dalam, tetapi lebih suka di daerah yang dangkal. Ikan betutu tidak senang pada perairan yang deras, karena ikan ini sangat fasif, atau lebih banyak diam.
Betutu besar senang diam di dasar perairan. Kadang membenamkan tubuhnya ke permukaan dasar perairan. Karena sifat inilah, ikan betutu disebut Sand Goby. Sedangkan betutu kecil lebih suka menempel pada benda-benda yang ada di perairan itu. Meski fasif, ikan betutu memerlukan oksigen tinggi, karena tubuhnya tidak dilengkapi dengan alat pernapasan bantuan tambahan seperti pada ikan lele, dan gurame. Karena itu dalam pemeliharaan, air harus tetap mengalir.


PENYEBARAN :
Tak hanya di Indonesia (di wilayah : Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Didapati pula di Jawa), ikan betutu juga banyak ditemukan di negara tetangga menyebar di Asia Tenggara: Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Semenanjung Malaya, Filipina, Diintroduksi ke Singapura, Taiwan, Cina, dan mungkin pula Fiji.
Penyebarannya tidak seluas ikan sidat yang mendunia. Ikan betutu hanya tersebar di Asia Tenggara saja. Meski tidak mendunia, ikan ini cukup dikenal di beberapa negara. Karena dagingnya yang putih bersih serta tebal, tulangnya sedikit dan rasanya gurih..

CIRI-CIRI DAN MORFOLOGI :
Mengenal tubuh bagian luar adalah upaya untuk mengenal morfologi ikan betutu. Caranya dengan melihat bentuk tubuh, warna tubuh, dan organ-organ tubuh bagian luarnya. Hal ini penting diketahui untuk dapat membedakan dengan ikan lain, terutama ikan-ikan yang mirip dengan ikan betutu (sekilas hampir mirip ikan gabus atau ikan kerapu).
Dilihat dari samping, tubuh betutu memanjang, dengan perbandingan panjang badan dan tinggi badan 4 : 1. Bila dipotong pada bagian tubuh yang paling tinggi, perbandingan lebar badan dan tinggi badan 1 : 1,5. Dengan perbandingan seperti itu tubuh betutu bisa dibilang membulat. Tubuh betutu terdiri dari kepala, badan dan ekor dengan perbandingan ketiganya 1 : 4 : 1. Tubuh besar pada bagian kepala kemudian mengecil ke bagian ekor.
Kepala bisa dibilang besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh. Tutup insang, mata, hidung, mulut menghiasi bagian itu. Tutup insang berupa lempengan yang menutup bagian belakang kepala yang bisa membuka dan menutup. Mata kecil dengan bagian tengah berwarna coklat muda dan bagian tepi berwarna coklat agak tua yang melingkar seperti cincin. Hidung juga kecil dan terletak di bagian atas kepala. Sedangkan mulut berada di depan kepala yang membelah hampir sebagian kepala.Sedangkan bentuk bibir bawah cenderung agak ke depan
Seluruh tubuhnya ditutup dengan sisik-sisk kecil, mulai dari belakang kepala sampai perbatasan pangkal ekor dengan warna dasar coklat muda. Pada bagian tertentu adan bercak-bercak hitam dan coklat tua, yang divariasi dengan titik-titik dengan warna yang sama (kadang mirip loreng warna coklat dipadu dengan hitam). Pada bagian itu pula, sirip-siripnya menempel. Betutu memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubuh dan sirip ekor. Kelima sirip nampak besar.
Ikan dengan ciri berkepala besar ini memiliki panjang tubuh standar maksimum sekitar 65 cm, namun kebanyakan antara 20–40 cm atau kurang. Berwarna coklat muda pudar, kecoklatan atau kehitaman, dengan pola-pola gelap simetris di tubuhnya. Tanpa bercak bulat (ocellus) di pangkal ekornya. Ciri-ciri lainnya adalah sirip dorsal (punggung) yang sebelah muka dengan enam jari-jari yang keras (duri); dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak. Sirip anal dengan satu duri dan 7–8 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 60–65 buah. Sisik-sisik di sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 80–90 buah.
Seperti dicerminkan oleh namanya, ikan ini malas bergerak atau berpindah tempat. Ia cenderung diam saja di dasar perairan, sekalipun diusik. Hanya di malam hari betutu agak aktif, memburu udang, ikan-ikan kecil, yuyu, atau siput air. Ikan betutu didapati di sungai-sungai di bagian yang terlindung, rawa, waduk, saluran air atau parit.
Betutu (Oxyeleotris marmorata) adalah nama sejenis ikan air tawar. Meskipun agak jarang yang berukuran besar, ikan ini digemari pemancing karena betotan (tarikan)nya yang kuat dan tiba-tiba.

PERKEMBANG BIAKAN :
Teknologi Pembenihan
Induk ikan Betutu yang akan dipijah sebaiuknya berukuran 800 – 1.500 gram per ekor.Pasalnya ada korelasi positif antara bobot induk dengan jumlah telur yang dihasilkan induk dengan kisaran bobot tersebut diatas dapat menghasilkan telur sebanyak 5.000 – 30.000 butir. Jumlah telur sangat bervariasi tergantung kondisi induk dan tingkat kematangan gonad. Induk-induk ikan betutu yang akan dipijah harus diperhatikan secara praktis tingkat kematangan gonad induk ikan betina dapat diketahui dari ukuran celah genitalnya. Induk ikan jantan juga kelihatan warna merah disekitar lubang pelepas. Ada kalanya jika bagian bawah perut diurut akan keluar cairan berwarna putih.
Pemijahan induk ikan Betutu dapat dilakukan secara alami atau dengan stimulasi hormon. Pemijahan betutu tidak mengenal musim dan dapat berlangsung sepanjang tahun tiga sampai empat kali setahun. Kemauan memijah biasanya akan meningkat pada musim hujan, sebaliknya kurang pada musim kemarau.

a. Pemijahan alami
Tempat pemijahan betutu dilakukan di kolam tanah dan bak fiber glass.Penebaran induk antara jantan dan betina 1 : 1. Padat penebarannya dilakukan untuk 100 ekor induk pada luasan kolam 20 x 30 m, kedalaman 1 – 2 m, dasar dan pinggir kolam bersiring tembok, memiliki pergantian air secara terus menerus, tempat pemijahan harus dilengkapi saluran pemasukan air (inlet) dan saluran pembuangan (outlet). Telur dikeluarkan dari tubuh betina yang sudah matang gonad dengan menyemprotkannya ke substrat. Substrat untuk penempelan telur tersebut terbuat dari potongan pipa paralon berukuran 4 – 6 inchi yang dibelah dan kemudian diikat kembali guna memudahkan pada saat mengecek keberadaan telur. Jumlah sarang yang ditempatkan dalam kolam bekisar 20 – 30 buah untuk sejumlah pasang induk tersebut. Setiap induk bertelur pada substrat membentuk lingkaran yang diselimuti lendir. Telur tersebut dipindahkan ke aquarium bervolume 40 – 60 liter. Kedalam aquarium dapat diisi 2 – 3 sarang dan diberi aerasi untuk suplay udara sampai telur menetas.

b. Kawin suntik
Tujuan kawin suntik yaitu untuk mendapatkan produksi telur dalam jumlah lebih banyak, yang memungkinkan benih ikan diproduksikan secara masal dan terjadwal.
Hal ini dilakukan jika fasilitas hatchery untuk pemeliharaan larva cukup memadai, sehingga pengaruh kegagalan bisa dikurangi. Hormon yang digunakan untuk menstimulasi pemijahan Betutu adalah ovaprim.
Hormon disuntikan ketubuh ikan secara intra muscular pada bagian dorsal dekat sirip punggung. Penyuntikan dilakukan 2 kali dosis yang dianjurkan 0,5 ml/ kg bobot badan. Selang waktu penyuntikan pertama dan kedua berkisar 10 – 12 jam. Waktu ovulasi induk-induk antara 36 – 60 jam.

SIKLUS HIDUP DAN PERKEMBANGBIAKAN :
Betutu bukan ikan musiman. Ikan ini bisa bertelur sepanjang tahun, sehingga pemijahan bisa kapan saja, tidak tergantung musim, baik musim hujan maupun musim kemarau. Selang waktu pemijahan ke pemijahan berikutnya beralangsung selama 6 bulan. Kematangan gonadnya dipengaruhi oleh suhu, dan makanan. Pada suhu tinggi dan makanan cukup, kematangan gonad bisa lebih cepat dan kualitas telur bisa lebih baik.
Betutu berkembang biak dengan bertelur, bukan beranak seperti sebelumnya banyak dikatakan orang. Pemijahan terjadi di dasar perairan, yaitu dalam sarang yang berupa lorong-lorong batu, akar kayu, atau benda-benda lainnya. Hal itu dilakukan karena ikan betutu sangat suka memijah dalam kegelapan, dan tidak mau terganggu ikan-ikan lainnya. Ketenangan merupakan syarat mutlak bagi ikan betutu selama pemijahan. Kalau gaduh, pemijahan bisa terganggu.
Mulanya jantan mencari sarang. Setelah menemukan, jantan mengajak pasangannya ke dalam sarang itu. Jantan akan selalu berada di samping betina sambil sekali-kali melekatkan tubuhnya ke induk betina. Betina diam, tetapi sekali membalas dengan melekatkan tubuhnya ke induk jantan. Sampai akhirnya, betina mengeluarkan telur. Pada saat yang sama jantan mengeluarkan sperma.
Pembuahan telur terjadi di luar tubuh, dan telur yang sudah dibuahi adhesif bersifat, yaitu menempel pada permukaan benda-benda yang ada di dasar perairan. Seekor induk betina yang beratnya 350 gram dapat mengeluarkan telur antara 5.000 – 7.500 butir. Penetasan telur tidak bisa berlangsung cepat seperti ikan mas. Pada suhu 24 O C, telur menetas dalam waktu 7 hari. Pada suhu 26,5 O C, telur menetas dalam waktu 5 hari. Dalam kondisi lingkungan yang optimal, daya tetas telur dapat mencapai 70 persen

CARA PEMBENIHAN :
Cara Pembenihan Ikan Betutu, sebagaimana yang dilakukan terhadap berbagai jenis ikan lainnya, untuk memulai memijahkan ikan betutu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, mulai dari seleksi indukan hingga proses pemijahannya, harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran.

Langkah – langkah yang harus dilakukan oleh pembudidaya ikan betutu adalah :

A. SELEKSI INDUKAN

Ikan betutu yang akan dijadikan indukan harus memenuhi berbagai persyaratan berikut ini :

1. Mempunyai berat 150 – 200 gram.
2. Tubuh ikan betutu jantan lebih ramping dari ikan betutu betina.
3. Diperoleh dengan cara menangkap dari alam.
4. Dalam kondisi sehat.
5. Organ tubuhnya lengkap.
6. Berada dalam masa produktif.

B. PERSIAPAN PEMIJAHAN

Induk yang akan dipijahkan dapat ditempatkan ke dalam kolam pemijahan dan diadaptasikan terlebih dahulu selama 2 bulan. Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan substrat yang akan digunakan sebagai tempat untuk menempelkan telur.

Substrat ini dapat dibuat dari pipa paralon berdiameter 4 inci dengan panjang 40 cm yang dibelah dan kemudian dijadikan satu kembali dengan menggunakan tali. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam merawat indukan adalah :

1. Setiap hari air kolam dibersihkan dengan cara mengganti 30 % air lama dengan air baru.
2. Pakan yang dapat diberikan adalah berupa ikan kecil segar, udang sungai, pellet (bagi betutu yang sudah bisa makan pellet) yang mempunyai kadar protein sebesar 50 % agar proses kematangan gonad dapat dipercepat menjadi 2 bulan.
3. Dosis pakan yang diberikan untuk setiap harinya adalah sebesar 3 % dari total berat badan ikan dan diberikan sebanyak 3 kali dengan porsi makan malam lebih besar daripada makan pagi dan siang.
4. Ciri – ciri indukan yang telah matang gonad adalah :
Jantan : jika perutnya diurut akan keluar sel sperma.
Betina : perutnya membuncit, alat kelaminnya terlihat dan berwarna kemerahan.

C. PEMIJAHAN

Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari. dan yang harus diperhatikan pada proses pemijahan antara lain :

1. Pengontrolan terhadap substrat sarang telur.
2. Memindahkan substrat – substrat tersebut ke dalam kolam penetasan yang telah berisi air dan teraerasi (atau akuarium yang dilengkapi dengan aerator).
3. Telur akan menetas dalam kurun waktu 2 – 3 hari pasaca pemijahan, dan oleh karena itu substrat harus segera diangkat.
4. Setelah menetas, pakan yang diberikan terhadap larva – larva ini harus disesuaikan dengan umurnya.
a. Umur 1 – 8 hari : paramecium (dapat juga diberi makan rebusan kunging telur).
b• Umur 1 bulan : rotifera (dapt juga diberikan larva nyamuk atau jentik nyamuk).
c• Umur 1,5 bulan : moina.
5. Setelah menjadi burayak, segera pindahkan mereka ke dalam bak bersirkulasi dengan kepadatan tebar 200 ekor.
6. Pakan yang dapat diberikan kepada burayak adalah berupa cacing rambut, pelet dan ikan runcah. Pakan ini dapat diberikan 3 kali sehari dan berlangsung selama 2,5 bulan.
7. Setelah beratnya mencapai 2 gram, burayak ikan betutu dapat segera dimasukkan ke dalam karamba yang berukuran 50 x 50 ( mampu menampung 10 ekor ) dimana karamba nanti diletakkan ke dalam kolam berukuran 5 x 7 m. Selama berada disana, benih ikan dapat diberi pakan berupa ikan dan udang – udang kecil dan dipelihara selama 2,5 bulan hingga beratnya mencapai 10 gram dan siap untuk dipindahkan ke dalam kolam pembesaran.

UPAYA PERBAIKAN PRODUKSI BENIH IKAN MALAS
Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan salah satu ikan perairan tawar yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan betutu banyak dikenal masyarakat sebagai ikan malas atau bodoh, karena sifatnya yang pasif bila diberi makan dan cenderung diam di dasar perairan/kolam bahkan di lumpur yang tebal sekalipun. Permintaan akan ini cenderung terus meningkat, baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor. Ikan betutu sangat disukai karena memiliki

Menurut khalayak umum ikan betutu juga memiliki khasiat untuk seksualitas para pria. Untuk ikan yang berukuran 1 Kg di restoran Indonesia kini dapat mencapai harga Rp. 300.000,00, sedangkan di Malaysia untuk mengkonsumsi ikan betutu mencapai 300 Ringgit atau sekitar Rp. 900.000-1.000.000,00. Namun hingga kini upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan betutu di Indonesia baik untuk pasar domestik maupun ekspor masih mengandalkan hasil penangkapan di alam.

Usaha pembenihan ikan betutu telah dilakukan baik secara alami maupun buatan. Namun belum memberikan hasil yang memuaskan, dimana tingkat kematian larva mencapai 90%, walaupun derajat penetasan telur bisa mencapai 80-90%. Pada umumnya tingkat kematian larva yang tinggi terjadi pada larva yang berumur 4-5 hari, yaitu saat kuning telur larva sudah habis dan larva sudah membutuhkan pakan dari luar.

Kematian larva yang tinggi umumnya dikarenakan pada fase kritis stadia larva, yaitu terjadi pada saat peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding) seperti brachionus, cacing dan lain-lain. Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva.

Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses pembentukan organ (organogenesis) secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan mulut dan lainnya. Pada akhirnya Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan memanfaatkan energi dari kuning telur akan mengakibatkan ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar dan kematian yang tinggi.

Kematian larva ikan betutu yang tinggi diduga belum ditemukannya pakan yang tepat, karena bukaan mulut larva yang sangat kecil (100µm) dan serangan mikroorganisme pada wadah pemeliharaan. Selain itu, kematian larva juga tak lepas dari sifat-sifat intrinsik larva ikan betutu sendiri yang memiliki ukuran tubuh dan bukaan mulut relatif lebih kecil, cenderung berada di dasar, daya renang yang terputus-putus serta cara makan yang pasif.

Produksi Benih

Berdasarkan pengalaman dalam memproduksi benih ikan betutu sebaiknya induk dipelihara di dalam kolam tanah yang mengandung lumpur liat. Sebagai media pemijahan dan tempat melekatnya telur, maka ke dalam kolam pemijahan dimasukkan sarang yang terbuat dari lempengan asbes berukuran 30×30 cm2 dengan bentuk prisma segitiga dan diikat dengan tali beserta stereofoam sebagai tanda sarang tersebut. Setiap pagi dilakukan pengecekan sarang dan sarang yang berisi telur diangkat untuk kemudian di inkubasi dalam wadah penetasan berisi media air kultur phytoplankton (green water).

Setelah menetas hampir mencapai 75%, larva umur 2-3 hari dapat dipindahkan ke dalam wadah kultur pakan alami rotifera ukuran S yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini diharapkan ketika proses pembentukan organ-organ untuk makan selesai, larva dapat makan lebih awal.

Peningkatan Produksi Benih Secara Hormonal
Upaya lain dalam peningkatan produksi benih adalah pendekatan hormonal (endokrin) yaitu dengan meningkatkan aktifitas metabolik melalui pemberian hormon tiroid yaitu triiodo-tironin (T3) dan tiroksin (T4). Secara umum hormon tiroid memiliki peranan penting yaitu membuat, menyimpan dan mengeluarkan zat yang berhubungan dengan pengaturan laju metabolisme.

Hormon tiroid telah lama dikenal memiliki peranan penting dalam perkembangan awal ikan. Hormon ini terdapat pada telur dan larva yang baru menetas. Hormon tiroid ini juga dapat ditransfer dari induk ke gonad dan akumulasi pada oosit selama proses pematangan oosit selanjutnya ke larva.

Peranan penting T3 lainnya adalah sebagai media absorpsi penyerapan kuning telur, pembentukan sirip dan rangka, metamorphosis, transformasi dari larva ke juvenile dan pertumbuhan pada ikan. Hormon tiroid ternyata juga mampu meningkatkan konversi dan efisiensi pakan, absorpsi nutrient, mempengaruhi gelembung renang serta sistem pencernaan sehingga meningkat kemampuan ikan dalam menangkap pakan dan meningkatkan pertumbuhan.

Perlakuan berupa hormon triido-tironin dilaksanakan dengan secara injeksi pada intra muscular dengan dosis 0.1 dan 1 ?g/bobot tubuh induk. Pelaksanaan injeksi hormon dilakukan pada ikan yang matang gonad berdasarkan ciri sekunder yaitu kemerahan pada alat kelamin (urogenital). Untuk ini, hormon dilarutkan dengan menggunakan larutan Dimetilsulfoksida (DMSO) dengan perbandingan 20 mg T3/mL DMSO.

Pemberian hormon triiodo-tironin pada induk dengan dosis 1 ?g/g bobot tubuh induk mampu mempercepat proses pembentukan bintik mata, gelembung renang dan pigmentasi tubuh. Pembentukan bintik mata terlihat pada waktu 23.5 jam setelah menetas, pembentukan gelembung renang dan pigmentasi tubuh berturut-turut pada waktu 25 dan 46.5 jam setelah menetas. Tingkat kelangsungan hidupnya pun mencapai 10% pada larva ikan yang dipelihara selama 21 hari.

Gelembung renang merupakan organ yang berperan penting dalam proses fisiologis ikan. Organ ini berfungsi sebagai alat pernafasan dan keseimbangan hidrostatik. Larva ikan betutu yang baru menetas belum memiliki gelembung renang, larva berenang secara vertikal dengan gerakan turun naik untuk mencapai permukaan air dan ini banyak memerlukan energi.

Pembentukan gelembung renang lebih awal menyebabkan larva ikan betutu dapat lebih tahan di permukaan air tanpa harus banyak menggunakan energi. Penghematan energi ini diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup.

Terbentuknya bintik mata pada awal perkembangan juga memiliki peranan penting, dimana dengan pembentukan tersebut larva diharapkan dapat melihat mangsa atau pakan. Sedangkan pigmentasi pada tubuh larva ikan betutu yang diawali dengan adanya bintik berwarna hitam di belakang anus dan selanjutnya pigmen akan menyebar ke seluruh tubuh.

Efek perlakuan hormon tiroid terhadap pigmentasi pada beberapa ikan mempercepat keberadaan melanofor dan perubahan warna tubuh ikan betutu. Pembentukan pigmentasi tubuh ini diharapkan ikan sebagai alat untuk menghindari adanya pemangsaan dari larva sesamanya maupun larva ikan lain.

Merawat Benih Ikan Betutu
Telur ikan betutu mempunyai bentuk lonjong dan berukuran sangat kecil (0,833 mm).
Setelah melalui prose ovulasi dan pembuahan, telur – telur ikan betutu akan menempel pada permukaan lempeng sarang dengan kepadatan 80 butir / cm2.

Telur dapat dipindahkan ke dalam akuarium yang dapat menampung kurang lebih 2 – 3 lempeng sarang. Agar oksigen dapat merata, dalam setiap akuarium dapat ditambahkan 2 – 3 titik aerasi.

Selama dalam masa inkubasi, suhu air harus selalu dijaga agar dapat stabil dikisaran 26 – 28 derajat celcius dan pH air harus selalu dijaga agar dapat stabil dikisaran 7. Jika berada dalam lingkungan hidup yang ideal, telur akan menetas 2 – 4 hari setelah dipindahkan.

PERAWATAN LARVA
Setelah menetas, telur ikan betutu dapat segera dipindahkan ke dalam bak (berbahan fibre atau kayu berlapis plastik) yang mempunyai ukuran 6 m2 dan tinggi 50 cm. Air dalam bak harus setinggi 40 cm dengan kepadatan tebar 40 ekor larva per liter air.
Lima hari setelah menempati bak ini, larva ikan betutu dapat segera diberi makanan tambahan dan dipelihara selama 30 hari hingga larva ikan betutu mempunyai panjang 1 cm. Setelah mencapai panjang 1 cm, larva ikan betutu dapat dipindahkan lagi ke dalam bak (berbahan fibre atau kayu berlapis plastik) yang mempunyai ukuran 10 m2 dan tinggi 50 cm.
Sebelum digunakan, dasar bak harus dilapisi dulu dengan pasir setebal 5 cm dan dipupuk dengan menggunakan campuran pupuk urea (10 gram / m2), TSP (15 gram / m2 dan kotoran ayam) (250 gram / m2).Tujuan dari proses pemupukan ini adalah agar didalam bak terdapat pakan alami. Seminggu setelah dipindahkan, benih / bibit ikan betutu dapat segera didederkan dengan syarat benih sudah mempunyai panjang 2 – 3 cm. Kepadatan tebar yang dianjurkan adalah 1.000 ekor / m2,dengan masa pemeliharaan selama 1 bulan.

PAKAN :

1. Benih berumur 3 – 7 hari dapat diberi pakan berupa kuning telur rebus.
2. Benih berumur 7 – 30 hari dapat diberi pakan berupa rotifier, moina dan artemia.
3. Benih berumur 30 – 60 hari dapat diberi pakan berupa cacing rambut.
4. Benih berumur 60 hari lebih dapat diberi pakan berupa cincangan ikan runcah.

Kebiasaan makan
Agresif tidak dimiliki ikan betutu. Ikan ini fasif atau lebih banyak diam. Tak heran banyak orang yang menyebutnya ikan malas. Sifat ini berpengaruh pada kebiasaannya dalam memperoleh makanan, lebih banyak menunggu daripada memburu. Meski begitu, ikan betutu pandai menangkap makanan, karena sewaktu-waktu bisa bergerak dengan cepat, dan berhenti dengan tiba-tiba, terutama ketika melihat ada makan.

Betutu termasuk karnivora, yaitu ikan yang sebagian masa hidupnya makan daging. Makanan yang paling disukai adalah anak-anak ikan, udang-udang kecil, insekta air, dan juga moluska atau jenis keong-keongan. Seperti kebanyakan ikan, betutu juga saat kecil suka juga dengan tumbuhan air, tetapi kebiasaan ini tidak lama dilakukan. Bisa juga dilakukan saat makanan berupa daging tidak ada di dekatnya.

Tidak seperti ikan mas, dan lele, pertumbuhan betutu tergolong lambat. Lambatnya pertumbuhan ini disebabkan karena sifat genetiknya, dan ukuran tubuhnya yang tidak bisa besar seperti ikan mas. Selain itu, sifat yang fasif juga mempengaruhi dalam pertumbuhannya. Karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sebanyak ikan-ikan yang agresif. Dalam tiga bulan, panjang ikan betutu hanya 7 cm. Sedangkan ikan mas bisa mencapai 12 cm.

PELUANG USAHA IKAN BETUTU
Peluang Investasi di Bidang Pembenihan dan Pemasaran Ikan Betutu (=Oxyeleotris Marmorata Blkr)
Pasokannya sampai saat ini masih kurang karena mengandalkan tangkapan dari alam sehingga dikhawatirkan sudah terjadi over fishing atau melebihi tingkat produksi alam yang normal. Bila ikan betutu terus ditangkapi akibat permintaan dan harga jual yang tinggi, lama kelamaan populasinya akan menjadi langka. Ikan betutu sebagai ikan air tawar, banyak ditemukan diperairan Danau di Sulawesi.

Betutu bukan ikan baru. Namanya sudah lama dikenal. Namun ikan yang bernama latin Oxyeleotris marmorata ini tidak populer seperti ikan mas, nila dan lele. Karena konsumennya sangat terbatas, hanya golongan tertentu saja. Keadaan ini menjadikan permintaan pasar terhadap ikan betutu sangat rendah, sehingga orang enggan untuk membudidayakan dalam jumlah besar. Percuma saja ikan itu diproduksi kalau permintaan pasarnya masih rendah.
Sebenarnya rasa ikan betutu tidak kalah dengan ikan mas, nila dan lele. Rasanya juga lezat. Apalagi disajikan dalam berbagai bentuk variasi masakan, tentu akan menambah selera makan. Selain itu, ikan betutu memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan protein mencapai 16 persen lebih. Bahkan menurut salah seorang penggemarnya dari Singapura, ikan betutu mengandung dzat yang bisa meningkatkan gairah lelaki.

Bagi beberapa pembudidaya, permintaan pasar betutu yang rendah tidak dijadikan sebagai masalah. Justru mereka menganggap keadaan itu sebagai suatu peluang yang baik untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena tidak terlalu banyak pesaing yang bergerak dalam bisnis itu. Maka tak heran mereka terus mencari ikan itu dengan berbagai jalan agar bisa mendapatkan ikan itu.

Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan penangkapan. Daerah yang menjadi sasaran utama penangkapan ikan betutu adalah perairan yang tenang atau airnya tidak deras, seperti danau, rawa, waduk dan perairan lainnya.
Selain usaha penangkapan, beberapa orang sudah membudidayakannya. Tetapi jumlahnya masih sedikit, dan skalanya masih kecil. Sebagian besar budi daya betutu dilakukan pada tahap pembesaran, karena benih-benihnya mudah diperoleh di alam. Kolam telah dijadikan wadah untuk pembesaran betutu. Selain kolam juga jaring terapung yang dipasang di waduk-waduk dan hampang yang dipasang di rawa-rawa.

Meski budi daya betutu lebih banyak dilakukan dalam tahap pembesaran, tapi bukan berarti pembenihan betutu belum berhasil. Pembenihan betutu sudah lama berhasil. Karena ikan betutu dapat memijah secara alami, dan tidak membutuhkan perlakuan yang rumit. Kolam tanah bisa dijadikan sebagai wadah untuk pembenihan. Tidak hanya kolam bak tembok yang tidak begitu luas juga bisa dijadikan sebagai wadahnya.

Meski permintaan pasarnya rendah, namun bukan berarti ikan betutu tidak layak untuk jadikan sebagai lahan usaha. Seperti yang dilakukan pembudiaya. Karena harganya sangat mahal. Satu kilogram betutu bisa mencapai seratus ribu rupiah. Inilah yang harus diincar dari sebuah bisnis. Yaitu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Kegiatan perikanan khususnya usaha budidaya pembesaran dan pengembangan ikan betutu atau yang lebih dikenal dengan nama Iwak Bakut atau bogolo di wilayah perairan Makassar sangat potensial dan cukup menjanjikan untuk dikelola sebagai mata pencaharian sebagai penopang kebutuhan rumah tangga.
Ikan betutu sebagai salah satu ikan yang memiliki kandungan protein hewani yang sangat tinggi menjadi salah satu tren makanan di restoran-restoran yang bergengsi serta berkelas.
Kawasan sepanjang aliran sungai Jeneberang di Makassar sangat potensial sebagai wilayah untuk pengembangan dan budidaya ikan betutu baik pembesaran dengan keramba ataupun hampang (kerudung jaring) karena habitatnya cocok bagi ikan betutu atau bogolo.
Di Makassar ikan ini dujual oleh para penangkap/pemancing kepada konsumennya dengan harga antara Rp.5o.ooo s/d Rp. 80.000,- perkilogram dalam keadaan hidup.
Penulis telah memelihara beberapa ekor ikan betutu ini dalam berbagai ukuran selama 9 bulan dalam kolam ukuran 2 x 3 x 0,6m dengan pakan ikan mairo kecil dan kadang diselingi juga dengan cacing tanah, ikan kecil hidup (jenis kanjilo/anak gabus, ikan kopra, dll). Masih sangat sulit memberikan pakan bentuk pellet walau sekalipun jenis pelet yang type tenggelam, saya belum coba memberikan pakan jenis pasta. Perkembangannya agal lambat tdk seperti halnya jika kita mmelihara ikan lele.
Jika anda ingin bertanya seputar pengalaman saya dlm memelihara ikan jenis ini silakan hubungi saya di , : udin_pelor2008@yahoo.com
----------------- disarikan dan dirangkum dari berbagai sumber oleh : udin_pelor2008@yahoo.com ------------------------------